Pesona Karang Panas
Merupakan Kabupaten Biak Numfor salah satu kabupaten di provinsi Papua. Ibu kota kabupaten ini terletak di Biak. Kabupaten Biak Numfor Sendiri terdiri dari pulau Biak dan Numfor serta di kelilingi banyak pulau kecil. Kota yang mempuanyai slogan ‘Bila Ingat Akan Kembali’ bagi para perantau dan julukan ‘Karang Panas’.
Pulau kecil ini menjadi salah satu tujuan wisatawan baik domestic maupun mancanegara, keindahan pulau ini memang tak terlupakan bagi siapa saja yang mengunjugi pulau ini, mulai dari pantai hingga sejarah pulau ini sangat menarik untuk di telusuri. Hanya bermodalkan sepeda motor saya mencoba menelusuri pulau ini.
Akses transportasi untuk menuju pulau Biak kita bisa menggunakan Bandara Frans Kaisiepo yang merupakan penghubung jika ingin mengunjungi pulau ini selain pelabuhan Biak, bandara ini pernah melayani rute internasional, namun tanpa alas an yang jelas rute tersebut di tutup. Frans kaisiepo sendiri merupakan pahlawan nasional dari Papua kelahiran Wardo, Biak, 10 oktober 1921. Frans kaisiepo pernah menjadi wakil dari Papua pada Konferensi Malino tahun 1946 yang membahas mengenai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Ia juga yang mengusulkan nama “Irian” yang dalam bahasa Biak berarti tempat yang panas. Pada periode 1964-1973 Frans Kaisiepo menjabat sebagai Gubernur Papua. Selain di abadikan sebagai nama bandara di Biak nama Frans Kaisiepo juga di abadikan sebagai nama salah satu KRI, yaitu KRI Frans Kaisiepo dan yang terbaru ia diabadikan dalam uang kertas Rupiah baru pecahan Rp. 10.000
Saksi sejarah
Tak hanya panorama alam yang menjadi primadona pesisir Biak, penelusuran sejarah melalui tempat-tempat historis Perang Dunia II yang terdapat di sana, juga menarik. Nama Biak sendiri awalnya berasal dari kata v`iak yang pada awalnya merupakan suatu kata yang dipakai untuk menamakan penduduk yang tinggal di daerah pedalaman pulau-pulau tersebut. Kata tersebut juga bermakna orang-oran yang tinggal didalam hutan.
3,5 tahun menjajah Indonesia, sangat banyak Jepang meninggalkan jejak-jejak sejarah, terutama goa pertahanan yang fungsinya untuk menyusun strategi militer dan juga berlindung. Sampai saat ini masih banyak di temui goa peninggalan Jepang, salah satunya goa jepang. Goa Jepang atau yang sering juga di kenal sebagai Goa Binsari menjadi saksi bisu perang dunia ke-2. Kolonel Kuzume Naoyuki bersama kurang lebih tiga ribu orang pasukan Dai Nippon yang berhasil menaklukan kawasan pasifik pada periode awal perang Dunia II, terdesak oleh serangan dari pasukan sekutu. Posisi yang semakin sulit dan mendesak membuat rombongan Kolonel Kuzume memutuskan membuat benteng pertahanan terakhir pada sebuah goa yang cukup besar. Namun, pada Rabu 21 Juni 1944 yang nahas itu, Batalyon 1 infanteri 162 Sekutu, berhasil membobol pertahanan serdadu Jepang yang telah sekarat dan hanya tinggal 250 orang saja dengan membakar dan memanggang habis mereka semua yang ada di dalam goa. Tempat itu kemudian dikenal dengan nama “Goa Jepang”. Sekarang Goa Jepang dijadikan sebagai wisata sejarah untuk warga Biak dan wisatawan yang berkunjung ke pulau Biak.
Selain goa Jepang, sebenarnya masih banyak lagi tempat-tempat bersejarah di Biak, misal seperti monumen perang dunia kedua yan berlokasi di Desa Paray yang terletak antara Mokmer dan Bosnik, berjarak tujuh kilometer dari Biak Kota.
Pasar tradisional
Puas menelusuri sejarah di kota karang panas rencana selanjutnya hari Selasa saya berkunjung ke pasar tradisional yang terkenal di Biak.
Pasar tersebut sering disebut pasar Bosnik, Biak Timur. Letaknya sekitar 18 KM dari pusat kota biak dan saya menempuhnya dengan menggunakan sepeda motor kurang lebih 30 menit. Saya tiba di pasar pukul sepuluh pagi dan sudah sangat ramai bahkan ada penjual yang barang dagangannya sudah habis dan beregegas untuk pulang.
Pasar tradisional ini mengambil lokasi di pinggir pantai, pasar ini juga cukup dekat dengan pantai yang popular di Biak yaitu pantai segara indah atau biasa juga disebut pantai Bosnik. Transaksi jual beli di pasar ini tak hanya dari warga Biak namun banyak juga berasal dari kepulauan Padaido dan pulau-pulau kecil di sekitar Biak. Ketika mengunjungi pasar tradisional tersebut akan terlihat banyak perahu-perahu yan berjejer dan sedang bongkar muat barang dagangannya.
Wisata Favorit
Siapa yang tak suka berwisata? Pasti semuanya suka bukan,untuk yang mencari referensi liburan dengan tempat yang menarik, pulau karang panas mempanyai banyak tempat yang menarik. Kali ini saya akan berkunjung ke salah satu pulau di Biak. Pulau Urbi merupakan pulau tak berpenghuni yang berlokasi di Biak, untuk berwisata kesana dapat di jangkau menggunakan perahu. Di Pulau ini kita bisa menikmati indahnya pasir putih yang masih jarang terjamah sampai pasir timbul, pulau yang sangat kecil menurut saya tetapi begitu indah
Pasar tradisional
Puas menelusuri sejarah di kota karang panas rencana selanjutnya hari Selasa saya berkunjung ke pasar tradisional yang terkenal di Biak.
Pasar tersebut sering disebut pasar Bosnik, Biak Timur. Letaknya sekitar 18 KM dari pusat kota biak dan saya menempuhnya dengan menggunakan sepeda motor kurang lebih 30 menit. Saya tiba di pasar pukul sepuluh pagi dan sudah sangat ramai bahkan ada penjual yang barang dagangannya sudah habis dan beregegas untuk pulang.
Wisata Favorit
Siapa yang tak suka berwisata? Pasti semuanya suka bukan,untuk yang mencari referensi liburan dengan tempat yang menarik, pulau karang panas mempanyai banyak tempat yang menarik. Kali ini saya akan berkunjung ke salah satu pulau di Biak. Pulau Urbi merupakan pulau tak berpenghuni yang berlokasi di Biak, untuk berwisata kesana dapat di jangkau menggunakan perahu. Di Pulau ini kita bisa menikmati indahnya pasir putih yang masih jarang terjamah sampai pasir timbul, pulau yang sangat kecil menurut saya tetapi begitu indah
Dermaga tiptop mengawali perjalanan menuju pulau eksotis yang tak berpenghuni, perjalanan memakan waktu kurang lebih 2 jam dengan menggunakan speed boat atau perahu nelayan yang bisa kita sewa, harga sewanya bervariasi mulai dari tujuh ratus ribu sampai jutaan rupiah. Selama perjalanan saya disuguhkan pulau-pulau kecil yang indah dan warna air laut hijau tosca di sekitar pulau-pulau tersebut, hal itu membuat saya tak sabar untuk bermain di sekitar pantai. Tak jarang saya juga melihat sekelompok burung yang berterbangan dengan sangat cantik, itupun menambah nilai plus terhadap keindahan Pulau ini. Untuk menghilangkan rasa bosan selama perjalanan kita dapat berfoto-foto dengan background pulau-pulau cantik dan air laut yang memanjakan mata bagi siapa saja yang berkunjung kesini.
sampainya di pulau Urbi saya dapat langsung berenang dan berfoto-foto, spot foto yang bagus sangat banyak di pulau kecil ini, jadi tak usah khawatir foto dimana saja akan terlihat indah. Jika beruntung kalian dapat menemukan pasir timbul disini tetapi pada saat saya ke pulau tersebut saya belum beruntung untuk menikmati pasir timbulnya.
Hari berikutnya saya berkunjung ke pantai anggopi sebagai destinasi penutup yang letaknya tak terlalu jauh dari pusat kota Biak karena dapat di jangkau dengan sepeda motor maupun mobil. Waktu tempuh saya menuju tempat tersebut kurang lebih 45 menit,setelah sampai tujuan kita di haruskan untuk menuruni tangga yang lumayan banyak agar dapat melihat keindahan pantainya. Di tempat ini sangat banyak pondok-pondok yang dapat di sewa dengan harga mulai dari Rp.50000. untuk spot photo di tempat ini sangat banyak spot yang sangat bagus. Kita sangat di buat takjub dengan keindahan pantai ini dan yang uniknya di sini terdapat danau air tawar yang hanya di batasi oleh bebatuan dan tebing yang terbilang cukup pendek.